Pengalaman Mengatur Waktu Antara Pekerjaan ,Mengurus Anak, Suami Dan Diri Sendiri
Penulis : Vika HamidahMempunyai keluarga baru tentunya menjadi babak baru bagi setiap orang, terlebih lagi jika sudah diberikan oleh Tuhan anak yang cantik dan juga menggemaskan. Maka, peran seorang wanita tidak hanya menjadi istri saja, namun menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak. Karena, kesuksesan anak-anak tentunya menjadi tanggung jawab bagi kedua orangtuanya.
Begitu pula dengan saya yang saat ini sudah berkeluarga dan mempunyai bayi yang lucu nan menggemaskan. Tak ayal banyak sekali hal yang berubah yang awalnya hanya sendiri , berpacaran, menikah, lalu mempunyai anak tentunya mengalami proses yang panjang dan melatih kedewasaan kita dalam bertindak. Maka dari itu, saya akan sedikit menceritakan pengalaman saya bagaimana mengatur waktu antara pekerjaan, mengurus anak, suami dan diri sendiri.
1. Mengurus Pekerjaan
Menjadi ibu rumah tangga merupakan pekerjaan mulia di mata Allah. Dan menjadi ibu bekerja pun merupakan pekerjaan mulia untuk membantu suami dalam perekonomian keluarga. Hal ini tentunya cukup menguras waktu,tenaga, dan pikiran. Disamping itupun kita sebagai wanita harus mengurus kebutuhan suami dan juga anak.
Yang biasanya bangun seenaknya saja, sekarang bangun pun harus pagi sekali. Menyiapkan sarapan untuk suami, menyiapkan baju dan susu untuk bayi sebelum bekerja. Apalagi jika sedang memiliki bayi yang masih kecil, tentunya sebagai seorang ibu akan sangat sulit menemukan quality time untuk diri sendiri. Untuk tidur nyenyak pun rasanya sulit sekali.
Dengan demikian, mengurus pekerjaan pun harus dapat dilakukan secara profesional dan menunggu waktu tidur bayi, sehingga pekerjaan pun akan terselesaikan dengan baik tanpa kekurangan yang berarti.
Seperti saat ini saya pun mengelola blog, pastinya harus selalu update artikel setiap harinya. Biasanya saya menulis artikel di handphone ketika menyusui, lalu finishingnya saya membuka laptop agar tidak terjadi kesalahan, baik dalam penulisan maupun editingnya.
Bahkan jika perlu saya menulis ketika menggendong sambil pegang hp. Dengan demikian, anak pun terurus, blog pun terurus. Memang, menjadi ibu harus serba bisa. Akan ada masanya waktu me time akan terbuang dan mengurus anak menjadi prioritas utama selain pekerjaan dan juga suami.
2. Mengurus Anak
Saat ini, saya memiliki bayi yang cantik dan juga menggemaskan yang saya beri nama Cassie Afanasiy Kurniawan. Cassie sendiri diambil dari bahasa Rusia yang berarti wanita berkharismatik. Dan Afanasiy Kurniawan saya ambil dari berbagai bahasa yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah wanita berkharismatik yang memiliki kebahagiaan yang abadi.
Begitulah kira-kira kami sebagai orangtua memberi nama agar menjadi doa ketika namanya disebut. Berharap agar arti nama tersebut menjadi doa setiap kali ada yang memanggilnya. Berharap kelak ia akan menjadi orang yang sukses dunia akhirat dan lebih sukses dari kedua orangtuanya.
Usianya belum genap 1 tahun, namun perkembangannya luar biasa hebatnya. Dalam mengurus Cassie, alhamdulilah saya diberikan orang yang bisa membantu mengurus rumah saya dan alhamdulilah pekerjaaan bisa selesai bersamaan dengan mengurus Cassie. Saya pun merasa sangat terbantu oleh beliau. Sehingga saya sebagai ibu tidak terlalu capek dan mood selalu oke. Karena dengan adanya beliau saya menjadi sangat terbantu dalam mengurus rumah.
Mencari pembantu yang baik dan amanah saat ini tentunya sangat sulit didapat. Saya pun merasakan drama ketika mencari pembantu yang baik dan amanah, malah mendapat pembantu yang kurang baik. Bahkan saya menemukan pembantu sebelumnya yang sering menghilang dan ijin-ijin, sehingga pekerjaan rumah pun tidak selesai dengan baik.
Akhirnya saya menemukan beliau berkat rekomendasi dari ketua RT kampung tetangga. Saya pun sebelum mempekerjaan, sempat bertanya sana sini bagaimana karakter beliau, sehingga alhamdulilah sampai saat ini beliau sangat baik pada saya dan juga keluarga. Dan sangat membantu dalam mengurus pekerjaan rumah. Dan hal itu merupakan salah satu rejeki yang tak terduga yang Allah berikan untuk keluarga saya.
3. Mengurus Suami
Mempunyai suami yang soleh dan baik adalah idaman semua orang. Malah jika suami kita baik dan tidak pernah mencari masalah sangat sulit didapat. Begitu pula dengan mengurus suami, tentunya memiliki suami yang baik dan setia merupakan idaman bagi setiap wanita yang sudah berkeluarga.
Awalnya saya biasanya membeli makanan via gofood, karena saya tau diri memasak pun tidak bisa. Lalu lama-kelamaan saya belajar memasak yang gampang-gampang. Namun dengan sabarnya suami selalu menyukai masakan saya walaupun saya rasa itu tidak enak.
Bahkan terkadang, saya masak dalam satu momen saja. Misalnya hari ini merupakan hari weekend, saya biasanya memasak di pagi hari dengan 2 menu makanan utama dan 1 dessert. Jika mendengar cerita oranglain, setiap sesi makan harus dengan menu yang berbeda. Namun berbeda ceritanya dengan suami saya, apapun yang disajikan di meja makan, dia akan selalu makan dan selalu mensyukurinya. Baik makanan itu enak ataupun kurang enak.
4. Mengurus Diri Sendiri
Jika ketika masih single saya dengan asiknya setiap minggu melakukan perawatan wajah, mulai dari maskeran, luluran, bahkan facial. Sepertinya kali ini setelah punya anak, hal tersebut sangat sulit dilakukan.
Untuk mendapat tidur yang berkualitas saja rasanya sangat sulit di dapat. Jika dulu luluran menjadi hobi dan hiburan, kali ini hiburan di rumah adalah bermain bersama keluarga terutama anak.
Me time untuk diri sendiri pun saya rasakan sangat sulit untuk di dapat, apalagi mempunyai bayi lincah di usia 5-6 bulan yang sedang asik main dan belajar tengkurap. Namun, disela kesibukan ini. Saya mempunyai me time ketika suami sedang berlibur bekerja. Biasanya Cassie dipegang oleh beliau dan saya bisa me time dengan luluran dirumah, atau maskeran dirumah. Dengan begitu, fun saya menjadi naik dan selalu bersyukur setiap saat.
Intinya adalah, me time saya ada ketika bisa berkumpul dengan suami dan anak di waktu luang, yakni di weekend dimana kami tidak ada acara kemana-mana, hanya menonton atau tidur bertiga dirumah. Hal itu sangat cukup untuk saya bisa bahagia setiap harinya.
Memang, pengalaman adalah guru terbaik untuk kita sebagai manusia melakukan yang terbaik semasa hidupnya. Oleh karena itu, pergunakanlah waktu sebaik mungkin, selagi kita bisa bersama-sama dengan orang terkasih dan tersayang. Lalu, bagaimana pengalaman Anda pasca berubah status dari lajang- berpacaran-menikah-lalu memiliki anak?
By. Vika Hamidah
The power of emak-emak.
BalasHapusWaktu kecil, saya sama sekali ga pernah bermimpi mau jadi IRT.
Menurut saya, wanita hebat itu yang pakai blazer, rapi dan kerja di gedung-gedung pencakar langit.
Yang sibuk setiap saat.
Mama saya wanita karir, tante saya juga.
Saya bangga akan itu, meski terus terang, saya sedih karena sejak kerja, mama gak pernah punya waktu sekadar menyisir dan mengikat rambut saya.
Saya gak bisa nyalahin mama, karena beliau pun pontang panting di rumah, bangun sejak dini hari, kadang pukul 3 sudah klontangan di dapur.
Nyiapin sarapan dan bekal.
Saya terpaksa mandi sendiri, menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri.
Pulang sekolah juga seringnya kelaparan, karena mama belum pulang.
Setelah saya dewasa, ternyata saya lebih memilih jadi IRT, yang mana ternyata sepak terjangnya juga lebih dari ibu bekerja.
Dulu saya pikir, surga di telapak kaki ibu karena sudah melahirkan anak.
Ternyata, bukan semata karena itu.
Sesusah apapun melahirkan, itu kemauan para wanita, bukan kemauan anak.
Anak tidak pernah minta dilahirkan.
Ternyata, surga di telapak kaki ibu, karena sepak terjangnya begitu luar biasa.
Curhat nich yeee,,,,,hahahahahah.... :)
HapusSaya ngak banyak koment Mbak, bagi saya sosok Wanita, terutama IBu adalah sosok yang Mulia.
Saya sendiri memuji akan kehebatan para emak - emak karena sudah rela mengandung, melahirkan, menyusui dll.
Karena aku belum punya anak, dan tentunya juga belum berkeluarga ..., huaduh kalo udah punya anak tapi belum berkeluarga gimana julukanku yaaa hehehe :) ..., ngga apa-apa ya ikut berkinentar disini.
BalasHapusCuma mau ngucapin ikut senang kak Vika punya suami yang baik, punya baby Casie yang cantik, punya asissten rumah tangga yang sigap daaaan ... sekarang kak Vika sudah mulai pinter masak .. :)
Bagi aku, wanita (seorang ibu) itu adalah orang terkuat. Bisa ngerjain apapun berbarengan. Bisa ngerawat keluarga, belajar masak, berbakti sama kluarga meski diri sndiri sibuk. Ah, hati wanita memang lembut.
BalasHapusHihi semangat bunda. Bunda yg cantiq secantik dedeknya hihi *big hug ({})
Hwaaa keren euy Kak Vika si Ratu Tips tulisannya! Kalau saja tidak ada tulisan: Ditulis Oleh Vika Hamidah atau semacam itu, saya sudah berpikir apakah ini beneran Asikpedia-nya Kang Nata? Hahaha. Btw artikel tentang pengalamannya ini sangat berguna bagi orang lainnya, karena berbagi pengalaman terutama mengurus keluarga (suami, anak, dan diri sendiri) itu tidak bisa dilakukan semua orang (tidak semua perempuan mau menulisnya karena sibuk duluan) hehehe. Salut.
BalasHapusheheheh...saya sengaja kasih nama penulisnya diawal artikel mbak, biar rekan - rekan tidak binggung sedang berada di blog mana..hahahah.
HapusTulisan Mbak Vika ini memang padat, bermakna,sekaligus menginspirasi kita semua.... hidupppp Mbak vikaaa...!!!! :) merdekaaaa..!!!! :)
Jadi ingst kala mslam-malam asyik ngetik di ruang tamu, suami membuka tirai dan menunjuk Palung yang nangis sambil duduk selonjoran. Wah, bayiku yang lucu bangun karena mamah tak ada di sampingnya, cuma bisa nangis karena belum bisa ngapa-ngapain. Segera saya angkat Palung dan menyusuinya sambil mengetik. Palung semula tertarik pada kegiatan mamahnya, mengawasi saya mengetik sambil enen sampai ketiduran dan pulas. Barulah saya taruh Palung di ranjang.
BalasHapusSekarang Palung sudah besar, kadang kangen momen doi nangis gara-gara mamah tak ada di samping kala bobo.
Lalau baru berperan sebagai istri dan ibu memang repot, namun nikmati saja karena kita tak kesepian. Ada anak dan suami yang selalu menemani, berikut dramanya, he he.
Selamat, ya, Mbak Vika sudah punya bayi cantik dan suami yang baik. Soal masak, bisa sambil jalan saja. Sampai sekarang saya tak pandai masak dan mengandalkan resep agar enak karena takaran bumbu dan bahan sesuai.